Ada orang yang tampak menikmati menggunakan kata Thaghut, sementara bagi sebagian orang lain kata Thaghut sangat tidak nyaman didengar. Terlepas dari dua sisi pandangan terhadap makna Thaghut, Saya pribadi melihat adanya penyempitan makna Thaghut menjadi sesuatu yang disembah selain Alloh SWT. Padahal kalau kita kaji secara mendalam, makna Thaghut sendiri sebenarnya luas loh.
Begini loh, Alquran mengkategorikan manusia menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Al Insan dan Al Naas. Manusia dalam kategori al Insaan dikatakan sebagai Thaghut. Simak baik-baik ayat Alquran berikut ini:
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَىٰ
QS: Al alaq ayat 6
Artinya, “Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas”
Kata Thaghut berasal dari kata طَغَىٰ yang artinya melampaui batas. Sejujurnya dalam literatur Islam Saya tidak menemukan siapa orang yang pertamakali menggunakan kata Thaghut atau siapa yang membuat definisi tentang Thaghut ini. Jika kita cari di google, kita akan menemukan definisi kata Thaghut, dalam beberapa tulisan, namun tidak jelas siapa sebenarnya yang pertamakali menggunakan definisi itu, atau mungkin itu adalah definisi yang dibuat oleh penulis artikel itu sendiri.
Beda loh dengan istilah darul Islam, jika kita telusuri maka kita akan menemukan istilah darul Islam ini pertama dimunculkan oleh Ibnu Kaldun. Sebelumnya Islam hanya mengenal Kholifah/Khilafah.
Sekali lagi طَغَىٰ itu artinya melampaui batas, dan semua al Insan itu adalah طَغَىٰ. Jadi tidak cuma fir’aun ya.
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
QS: Al-Adiyat ayat 6
artinya: “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya”
قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ
QS: abasa ayat 17
Celakalah manusia! Alangkah kufur dia!
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
QS: al infitar ayat 6
artinya: “Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia“.
أَوَلَمْ يَرَ الْإِنسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ
QS: yasin ayat 77
artinya: “Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!”
وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِ ۚ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا ۖ إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
QS: az zumar ayat 8
artinya : Apabila ditimpa bencana, manusia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya. Akan tetapi, apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa terhadap apa yang pernah dia mohonkan kepada Allah sebelum itu dan dia menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bersenang-senanglah dengan kekufuranmu untuk sementara waktu! Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.”
وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا ۚ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ
QS: az zukhruf ayat 15