Ini adalah Pandangan Saya jika ada yang keliru mohon dikoreksi.
Tanyakanlah pada Muhammad Qasim tentang mubasirot, jangan tanyakan tentang Ilmu syariat karena beliau bukan ahli Ilmu (saat Ini). Jika sudah terlanjur ditanyakan, pastikan apakah itu pendapat pribadi beliau atau dari mubasirot. Hal ini penting supaya tidak terjadi kekeliruan yang menjadikan topeng dajjal (menghalangi Ummat untuk mengenal Mihammad Qasim).
Contoh masalah tawasul, dulu ada yang menanyakan, dan bahkan Muhammad Qasim tidak tahu apa itu tawasul. Kemudian penanya menjelaskan maksudnya. Kemudian Muhammad Qasim menjawab, yang menurut kalau tidak salah diawali dengan kalimat menurut Saya..
Yang saya amati jawaban Muhammad Qasim tersebut kemudian menjadi sumber hukum yang membenarkan pendapat suatu kelompok.
Saya sendiri tidak bertawasul, tapi saya mencoba memahami makna tawasul, bahwa ini adalah masalah furu’ yang ada perbedaan di kalangan umat Islam. Tidak dipungkiri, dikalangan masyarakat yang membolehkan tawasul pun ada perbedaan dalam aplikasinya, Ada yang menganggap meminta tolong kepada Wali Alloh sebagai tawasul, ada yg memang melakukan tawasul dengan lafal tawasul seperti : aku bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW dst. , ada juga yang menganggap hadiah fatihah sebagai tawasul, padahal menurut saya bukan.
Saya menyoroti masalah ini, karena berkaitan dengan mayoritas ummat Islam Ahlussunah wal jamaah yang kebanyakan membolehkan tawasul.
Masalah tawasul ini berbeda dengan bentuk syirik modern, karena bentuk syirik modern ini hanya ada di zaman kita, contoh masalah foto di zaman orang tua kita bahkan belum ada atau jarang. Sehingga masalah ini tidak ada kaitanya sama sekali dengan ulama terdahulu. Dan pelaku syirik modern pun tidak punya hujjah yang membenarkan keyakinan mereka dari kalangan ulama terdahulu. Yang mengingkari pun tidak akan punya dalil untuk mendukung pengingkaranya.
Ali Ashari