Sebagai orang yg percaya mimpi Muhammad Qasim dan ikut menyebarkan Mimpi-mimpinya Saya telah berusaha menelusuri siapa orang yang pertama kali memperkenalkan Mimpi MQ pada Saya. Alhamdulillah Saya mengenalinya, meskipun beliau tidak bersama dalam grup GAZA.
Keputusan Saya untuk bergabung dengan grup Gaza sudah Saya pertimbangkan 2 tahun sebelumnya. Sebelumnya saya sudah pernah bergabung dengan Grup GAZA, kemudian keluar, dan setelah 2 tahun baru memutuskan bergabung kembali dengan Grup GAZA. Qadarullloh ketika Saya memutuskan bergabung kembali dengan GAZA, sedang terjadi polemik di GAZA dan tidak lama setelah itu banyak orang-orang yang saya kenal, mereka memutuskan keluar dari grup GAZA. Sedangkan Saya sendiri memutuskan untuk bertahan di grup GAZA.
Tujuan Saya bergabung di grup GAZA sederhana saja, yaitu untuk menjalin silaturahmi dengan sesama orang yang sudah percaya Mimpi Muhammad Qasim serta untuk mendapatkan informasi yang berkelanjutan tentang akhir zaman, serta untuk ikut menyebarkan mimpi MQ secara berjamaah.
Sebagai seorang yang memiliki latarbelakang santri, tentu Saya sering mendapati perbedaan pandangan tentang beberapa hal dengan beberapa anggota grup yang lain. Namun Saya selalu berusaha mengesampingkan perbedaan tersebut karena secara resmi aturan grup pun melarang pembicaraan masalah furuiah. Meskipun selalu saja ada yang melanggar aturan tersebut.
Raden Diki selaku ketua GAZA pun selalu diam dan tidak pernah ikut membahas hal-hal furuiah. Sampai beberapa hari yang lalu, ada sebuah pernyataan beliau tentang masalah bid’ah yang bagi Saya pun sebenarnya masih samar, apakah beliau ini 100% mengikuti pendapat Salafi tentang masalah bid’ah?
Selama ini Saya diam ketika ada pemahaman dari anggota grup terkait isu bid’ah ini, karena saya anggap sebagai pemikiran pribadi. Namun ketika itu disampaikan oleh ketua GAZA, masalahnya menjadi lain. Karena itu mencerminkan pemahaman yang diadopsi GAZA secara resmi.
Untuk itulah dalam tulisan ini Saya bermaksud membuat suatu pernyataan yang mencerminkan pandangan dan amaliah Saya secara pribadi, yang kemungkinan besar dianggap berbeda dengan pemahaman yang diadopsi GAZa secara resmi.
Sejak awal Saya percaya Mimpi Muhammad Qasim adalah benar dan tidak ada unsur kebohongan. Saya mengadopsi semua pemahaman yang disampaikan Muhammad Qasim terkait Syirik. Adapun terkait bid’ah Saya sendiri tidak pernah mendengar Muhammad Qasim membahas terkait bid’ah. Pembahasan-pembahasan terkait bid’ah kebanyakan muncul dari kalangan helper yang mungkin punya latarbelakang Salafi atau sedikit banyak sudah terpengaruh dengan pemahaman salafi.
Sebagai contoh, Muhammad Qasim tidak pernah membahas tentang ziarah kubur, berdoa di kubur atau lainnya. Yang dibahas Muhammad Qasim hanyalah tentang syiriknya orang yang sujud memberi penghormatan kepada ahli kubur. Namun beberapa helper awam telah kelewat batas memfonis syirik dan bid’ahnya orang yang mendoakan ahli kubur. Seolah-olah orang yang mendoakan ahli kubur disamakan dengan orang yang meminta / mengharap sesuatu dari ahli Kubur. Bagi Saya ini adalah topeng dajjal yang menghambat penyebaran mimpi Muhammad Qasim.
Contoh lain, Muhammad Qasim tidak pernah melarang amalan-amalan tertentu yang dilakukan berjamaah, entah itu dzikir atau tahlil. Yang disampaikan Muhammad Qasim yang saya tahu hanyalah tentang syiriknya dzikir melingkar mengelilingi satu orang yang menjadi Imam. Namun beberapa helper entah itu yang tergabung di Gaza atau tidak, telah melampau batas hingga membid’ahkan dan menyesatkan semua yang berkaitan dengan Sufi. Bagi Saya ini juga topeng dajjal yang menghambat penyebaran mimpi Muhammad Qasim.
Saya tidak akan berusaha meluruskan orang yang sudah merasa lurus. Saya hanya menyampaikan pandamgan Saya terkait hal-hal sensitif diatas.
Selama 4 tahun Saya mengikuti pembahasan Muhammad Qasim tentang mimpi-mimpinya, tidak pernah Saya mendengar beliau mengungkit tentang bid’ah. Namun masalah bid’ah ini adalah masalah yang hangat digulirkan oleh beberapa helper yang memiliki latar belakang pemahaman Salafi atau sedikit banyak terpengaruh oleh pemahaman Salafi.
Jadi dalam tulisan ini Saya akan fokus membahas masalah bid’ah ini. Saya mulai dari pernyataan Raden Diki Candra bahwa Nabi berbicara tentang bid’ah itu terkait dengan Ibadah. Bukan tentang benda. Pertama pernyataan bahwa Bid’ah itu bukan tentang benda, saya 100% setuju, dan itu sesuai dengan pemikiran Saya. Adapun point utama bahwa pembicaraan Nabi tentang bid’ah itu terkait dengan ibadah, maka Saya melihat pernyataan ini masih abstrak karena saya Yakin ada perbedaan pemahaman tentang apa itu ibadah antara Saya dengan beliau.
Saya akan mulai dengan contoh dalam bentuk pertanyaan. Makan itu ibadah apa bukan? , tidur itu ibadah apa bukan?, berhubungan badan suami istri itu ibadah apa bukan? dan ini pertanyaan yang ektrim, ruku dan sujud kepada sesama manusia itu ibadah atau bukan? Memajang foto itu ibadah atau bukan?
Sampai disini Saya kira sudah bisa dipahami bahwa ada perbedaan pandangan diantara kita tentang apa itu ibadah. Jadi saya akan mencoba mengawali dengan membuat definisi tentang apa itu ibadah. Oke, ibadah adalah sebuah kata kerja, artinya ibadah adalah aktifitas manusia baik aktifitas hati, lisan, dan anggota tubuh. Karena Islam menuntut manusia untuk senantiasa mengaitkan perbuatanya dengan Alloh SWT, maka dengan demikian setiap aktifitas umat Islam yang mukallaf adalah ibadah. Jika manusia mengaitkan perbuatanya dengan sesuatu selain Alloh SWT maka itu berarti ibadah kepada selain Alloh SWT, inilah yang disebut syirik. Jika manusia mengaitkan perbuatanya dengan Alloh SWT saja maka inilah yang disebut ibadah kepada Alloh.
Setelah membahas tentang ibadah, selanjutnya Saya akan membahas tentang bid’ah, yang mengandung makna suatu perbuatan/ibadah yang baru. Yang pertama, yang asal adalah tauhid mengesakan Alloh SWT, sedangkan yang baru adalah syirik menyekutukan Alloh SWT dengan selainnya. Suatu perbuatan dikatakan bid’ah jika mengandung unsur kesyirikan di dalamnya. Dan suatu perbuatan tidak bisa dikatakan bid’ah jika tidak mengandung kesyirikan di dalamnya.
Contoh 2 adzan jumat, sholat tarowih 20 rokaat, baca Alfatihah setelah solat, salaman setelah solat, membaca tahlil dan lain-lain. Ibarat air minum, mau ditaruh di gelas, di piring atau di botol itu tetap air minum, Walaupun beda tempat. Demikianlah ibadah kebada Alloh seperti baca alfatihah, mau dibaca sebelum sholat, setelah sholat, ketika kumpulan RT, ataupun ketika Takziah itu tepab ibadah kepada Alloh SWT, tidak bisa disebut bid’ah selama tidak ada unsur kesyirikan yang menyertainya.
Sujud, ruku kepada sesama manusia jelas perbuatan bidah, karena mengandung kesyirikan. Demikian juga memajang foto, ini bid’ah dan ini ibadah syirik/ perbuatan yang dikaitkan dengan selain Alloh SWT.
Sementara tulisan ini Saya cukupkan sampai disini, jika ada tanggapan yang memerlukan pembahasan Insya Alloh bisa saya perpanjang.